CENTRALNEWS.ID, DURI – Warga Sebanga – Duri yang berasal dari lingkungan RW 07 Kelurahan Talang Mandi, Kecamatan Mandau dan RW 10 Kelurahan Titian Antui, Kecamatan Pinggir menggelar aksi demonstrasi, Jumat (19/11).
Aksi digelar sebagai wujud penolakan akan berdirinya Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) PT Sebanga Sawit Perkasa (SSP) di Kilometer 8,5 jalan Gajah Mada, Sebanga.
Hal itu disuarakan oleh warga sekitar dengan pertimbangan (diduga) banyaknya dampak negatif yang membuntuti. Mulai dari isu pencemaran lingkungan dan polusi udara, kerusakan infrastruktur berupa jalan hasil lalu lintas kendaraan dari areal perusahaan, serta berbagai dampak lainnya yang diduga (bisa saja) muncul bila perusahaan berdiri disana.
Sarindo, Panglimo Mudo Hulubalang Kecamatan Mandau turut hadir kala itu. Ia menegaskan bahwa kehadiran perusahaan tersebut diduga banyak mendapat respon negatif dari warga.
“Banyak masalah kita duga bisa terjadi. Mulai dari dugaan pencemaran lingkungan, polusi udara dan dugaan kerusakan jalan atas lalu lalang kendaraan berat dari areal perusahaan bisa saja terjadi,” kata Sarindo.
Selain itu, isu kesenjangan sosial dianggap Sarindo dan warga lainnya bisa saja bergulir dan menambah pelik persoalan. Mempertimbangkan berbagai (dugaan) dampak tersebut, ia dan seluruh demonstran menolak pendirian PMKS PT SSP di jalan Gajah Mada.
“Pertimbangannya banyak, kami mau hidup tentram dan nyaman. Jangan sampai ada kerusakan lingkungan dan infrastruktur akan keberadaan pabrik itu. Kami menolak,” tegasnya.
Sarindo mengemukakan, pihaknya tak berniat menghalangi siapapun atau pihak manapun yang ingin berinvestasi di sekitar jalan Gajah Mada, Sebanga. Namun pihaknya tak ingin semakin banyak polemik yang bakal mencuat beberapa waktu mendatang, terutama terkait isu kerusakan lingkungan, jalan dan polusi udara.
Dalam aksi itu, pihaknya membawa bentangan spanduk berisi petisi penolakan kehadiran PT SSP. Pasca berorasi, pihaknya membentangkan spanduk tersebut di atas jalan masuk (diduga) menuju areal calon perusahaan tersebut.
Namun sayang pasca dibentangkan, spanduk tersebut malah raib tak berjejak. Spontan Sarindo menyayangkan hal itu. Ia kun meminta dan mengajak seluruh masyarakat untuk tetap kondusif dan tak terprovokasi oleh pihak manapun.
“Spanduk penolakan malah hilang setelah kita pasang, sangat kita sayangkan,” ujarnya.
“Selaku Panglimo Mudo Hulubalang dan tokoh masyarakat, saya berharap masyarakat Talang Mandi, Titian Antui dan Desa Harapan Baru untuk tidak terprovokasi atas hilangnya spanduk tersebut. Kemanapun hilangnya spanduk itu, kita harus tanggapi dengan tenang. Kami tidak fanatik akan hadirnya perusahaan dari investor di wilayah ini, tapi tolong pikirkan juga dampaknya bagi masyarakat dan lingkungan,” seru dia.
Ia meminta manajemen perusahaan tersebut dapat mempertimbangkan rencana pendirian pabrik dengan sangat matang. “Kami hanya memperjuangkan hak sebagai masyarakat yang ingin hidup tentram, aman dan berhak hidup di wilayah yang bersih dari potensi kerusakan lingkungan. Sekali lagi, kami hanya memperjuangkan hak. Tak ada maksud lain,” pungkasnya.(Doy)