CENTRALNEWS.ID, BATAM – Pemerintah menerapkan kebijakan travel bubble untuk menarik wisatawan mancanegara (wisman) Singapura ke Kepulauan Riau.
Kawasan travel bubble itu berlaku pada dua kawasan wisata, yakni Lagoi, Bintan serta kawasan Nongsa Sensation, Batam.
Namun, kebijakan itu dinilai tidak terlalu berdampak pada pariwisata Kota Batam karena kawasan bubble atau gelembung yang ditetapkan pemerintah sangat terbatas.
Pemerintah diminta memberlakukan Vaccinated Travel Line (TVL) untuk seluruh Pulau Batam dan Bintan, sama dengan yang diterapkan pemerintah Singapura mulai 25 Februari 2022 ini.
Direktur Batam Tourism Polytechnic (BTP), M Nur A Nasution menyebutkan, prosedur masuk bagi wisman pada kebijakan travel bubble sudah bagus.
Namun, pemerintah ikut menerapkan kebijakan VTL seperti yang selama ini dijalankan Singapura. Hal ini akan lebih besar dampaknya bagi pariwisata Kota Batam dan Kepri.
“Kalau travel bubble, kegiatannya kan terbatas hanya di zona yang dituju saja, seperti Nongsa atau Lagoi. Mereka nggak boleh keluar dari situ. Makanya, saya pikir, lebih baik kita menerapkan VTL,” ujar Nur, Selasa (22/2/2022).
Kebijakan VTL memungkinkan wisatawan untuk beraktivitas di seluruh wilayah Batam atau Bintan maupun beberapa daerah lainnya di Kepri yang ditunjuk.
Dengan luasnya area yang dapat dikunjungi, kegiatan wisman pun menjadi lebih beragam dan belanja mereka di Kepri juga lebih banyak. Hal ini akan meningkatkan berbagai industri wisata, seperti perhotelan dan kuliner.
Nur mengatakan, kebanyakan wisman dari Singapura sudah menganggap Batam sebagai rumah keduanya. Banyak wisman yang datang ke Batam dengan tujuan berbelanja atau berkumpul dengan teman-teman atau keluarga.
“Batam itu ibaratnya seperti rumah kedua bagi orang Singapura. Mereka rindu bisa berbelanja dan berwisata di sini,” ujar Nur.
Untuk menghindari kemungkinan penyebaran Covid-19, kebijakan karantina tiga hari bagi wisman yang masuk ke Batam sudah cukup.
Bahkan, kata dia, kebijakan karantina pun sebenarnya tidak perlu. Yang perlu ditekankan adalah penerapana protokol kesehatan secara ketat.
“Kebijakan karantina tiga hari menurut saya itu sudah cukup. Lebih baik lagi kalau tidak ada karantina. Yang penting kan disiplin protokol kesehatan pada setiap titik kunjungan. Saya yakin hotel, mal dan restoran di Batam sudah siap untuk itu,” katanya.
Menurut Nur, prosedur yang ada saat ini sebenarnya sudah cukup memadai, yakni vaksin lengkap serta tes PCR yang wajib dijalani wisman ketika sampai di Batam.
Tingkat vaksinasi masyarakat Kepri yang tinggi sudah bisa menjadi jaminan kuatnya imunitas masyarakat.
Jika kegiatan wisata ini sudah kembali berjalan normal, efeknya akan terasa sampai pada para pelaku usaha, khususnya UMKM, serta ekonomi itu sendiri. Sebab, para pelaku UMKM lebih banyak menjalankan usahanya di pusat-pusat kota, bukan di kawasan travel bubble.
Jika perlu, para pelaku usaha didorong untuk membuat video promosi yang bisa menggambarkan penerapan protokol kesehatan di tempat usahanya.
“Kita harus persiapkan dengan baik, dari segi kebersihan dan protokol kesehatannya supaya wisman lebih yakin untuk berwisata ke Batam,” imbau Nur.(dkh)