CENTRALNEWS.ID, DURI – Belakangan, masyarakat Kecamatan Mandau, Duri kerap menanyakan dan meragukan terkait informasi kesembuhan pasien yang dinyatakan Positif Coronavirus Disease Nineteen (Covid-19).
Kesembuhan pasien positif yang ada saat ini seolah dianggap tak akurat dan terbilang sangat singkat, beberapa warga bahkan meragukan kesembuhan pasien karena durasi inkubasinya kurang dari 14 hari.
“Kok cepat sekali sembuhnya? Kan belum 14 hari, apa sudah benar-benar sembuh? Bagaimana penjelasannya itu?” tanya Tania, menanggapi singkatnya masa pemulihan pasien positif Covid-19.
Pendapat lain pun mengudara di selancar dunia maya, Facebook. Beberapa netizen bahkan menyindir dan beranggapan bahwa vaksin atau obat pandemi itu telah ditemukan hingga mampu menyembuhkan pasien kurang dari dua minggu.
“Cepat juga sembuhnya, berarti vaksinya sudah ada ya? Berarti nggak perlu resah lagi dong kita,” ungkap Rianti, warga lainnya.
Menanggapi hal itu, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kecamatan Mandau, dr. Sri Sadono langsung meluruskan hal itu. Ia yang lebih akrab disapa Ibeng mengatakan bahwa kesembuhan seorang pasien positif Covid-19 tidak didasarkan atas pertimbangan yang sembarangan.
“Banyak yang bertanya, kok cepat sembuhnya? Ya saya jawab, semua itu butuh proses panjang. Ada prosesnya,” kata Ibeng, Senin (29/6) pagi.
Ibeng mengatakan bahwa penentuan positif atau tidaknya seorang pasien terhadap paparan Covid-19 hanya ditentukan dari tindakan uji swab test. Swab sendiri merupakan tindak pengujian sampel lendir atau dahak yang diperoleh dari rongga hidung maupun tenggorokan, atau lebih akrab disebut tes usap.
Pengambilan sampel swab pun hanya dilakukan oleh staf khusus laboratorium. Usai diambil, sampel bakal dikirim ke Laboratorium Biomolekuler di RSUD Arifin Achmad, Pekanbaru, Riau.
“Kalau hasil uji swab positif, berarti pasien wajib diisolasi karena terjangkit Covid-19. Selama dirawat, pasien bakal terus dirawat dan sampel swab tetap diambil untuk diuji. Tapi kalau dua kali pangujian spesimen atau sampel swab hasilnya negatif, berarti pasien itu memang benar-benar sembuh. Pasien dikatakan sembuh jika dua kali uji swab hasilnya negatif,” ungkap Ibeng.
Sang Direktur mengatakan bahwa tindakan uji swab di Pekanbaru sangat berbeda jauh durasinya dibandingkan tindakan uji swab di Laboratorium Kesehatan Kemenkes RI di Jakarta. Pengujian di Pekanbaru, durasi yang dibutuhkan berkisar 3 sampai 4 hari lamanya.
Namun bila diuji di Jakarta seperti beberapa saat lalu dilakukan, durasi yang dibutuhkan sekitar 14 hari. Atas hal itu pula, tindakan yang dilakukan dengan melibatkan fasilitas di Pekanbaru sangat mengirit waktu operasional atau pelayanan kesehatan.
“Dari segi waktu kan beda jauh. Kalau diuji di Pekanbaru lebih singkat dari pada pengujian di Jakarta. Itu saja selisih waktunya sudah sangat jauh,” tegasnya.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa Coronavirus nyaris serupa dengan Flu. Wabah itu mudah menular bila imunitas rendah dan bisa sembuh dengan sendirinya bila daya tahan tubuh kembali meningkat alias prima.
“Cukup dengan istirahat penuh dan memenuhi asupan gizi yang dibutuhkan tubuh, jangkitan Covid-19 bisa melemah karena imunitas semakin membaik,” katanya lagi.
Hal yang ditakutkan, sambungnya, bila wabah itu menjangkiti orang lanjut usia (Lansia). Serangan pandemi bahkan bisa berujung fatal pada pasien yang memiliki riwayat hypertensi, serangan jantung, diabetes melitus (DM) dan riwayat penyakit lainnya yang dapat melemahkan imunitas tubuh.
“Nah itu dia, kalau pasien (lansia) ada riwayat penyakit bawaan bisa lebih lama proses pemulihannya. Karena imunitas tubuhnya bisa lebih lama, pemulihan seorang pasien kemvali pada daya tahan tubuhnya juga,” sebutnya.
“Oleh karena itulah, kita kembali mengajak seluruh masyarakat untuk lebih teliti dalam menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh. Cukupkan istirahat dan asupan gizi, serta konsumsi multivitamin yang dapat menambah kekebalan tubuh. Jika kondisi tubuh kita sehat, serangan penyakit juga bisa ditangkal. Mari jaga kesehatan dan tetap ikuti anjuran pemerintah dalam mencegah jangkitan Covid-19,” pungkasnya.