CENTRALNEWS.ID, PEKANBARU – Provinsi Riau telah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) mulai 21 Maret hingga 30 November 2022 mendatang. Dalam hal ini, sebanyak 6.800 personil TNI/Polri telah disiagakan untuk pencegahan dan penanganan potensi titik api.
“Petugas dari TNI Polri sudah kita siagakan sebanyak 6.800 personil. Satgas (Satuan tugas, red) ini juga akan diperkuat dengan masyarakat peduli api (MPA) dan satgas dari perusahaan,” kata Gubernur Riau, Syamsuar usai apel siaga karhutla di halaman Kantor Gubernur Riau, Rabu (31/3).
Seluruh personel itu, kata Syamsuar menyebar di masing-masing daerah Kabupaten/Kota rawan titik panas atau Hot Spot. Penyebaran dilakukan untuk memudahkan koordinasi dan mempercepat langkah pemadaman di lapangan.
“Tidak menumpuk dibsatu titik saja, tapi tersebar di seluruh wilayah Riau, termasuk melibatkan pihak perusahaan,” kata dia menegaskan.
Sebelumnya, kesiap siagaan personel pencegahan dan penanggulangan kebakaran juga telah dilakukan di Kabupaten Bengkalis. Selain melibatkan unsur TNI/Polri, Pemadam Kebakaran, Manggala Agni, BPBD, MPA dan unsur pemerintah setempat, pihak perusahaan juga diikutsertakan.
Benar, Komandan Kodim (Dandim) 0303/Bengkalis, Letkol. Endik YH langsung menggelar silahturahmi dengan seluruh pimpinan dan elemen perusahaan di wilayah Kabupaten Bengkalis guna meningkatkan sinergitas serta kesadaran terkait pencegahan dan penanggulangan karhutla.
“Pencegahan dan penanggulangan karhutla bukan hanya tugas Pemda (Pemerintah Daerah, red) dan unsur TNI/Polri saja. Bahkan, pihak perusahaan juga bertanggung jawab. Jangan diam saja, segera padamkan bila ada kebakaran. Atau minimal, laporkan ke petugas terdekat, baik itu MPA, Damkar, Babinsa, Bhabinkamtibmas, aparat Dusun, Desa, Kelurahan bahkan Kecamatan. Segera laporkan bila ada kebakaran, agar tak meluas. Diam saja tak akan membantu, jangan sampai Kabupaten Bengkalis kembali diterpa kabut asap seperti yang sudah-sudah,” kata Letkol. Inf. Endik beberapa waktu lalu dalam silahturahmi bersama kalangan perusahaan di ballroom hotel Grand Zuri, Duri.
Sampai saat ini, sejumlah titik panas (hot spot) kerap terdeteksi dan diperlukan kerja sama yang baik guna menangkal kobaran api dan potensi bencana asap. “Kita harus bersinergi, bersama kita cegah potensi karhutla di Negeri Junjungan,” pungkasnya. (Bres)