CENTRALNEWS.ID, BATAM – Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menunjukkan performa yang solid pada triwulan pertama 2025 dengan pertumbuhan tahunan (yoy) sebesar 5,16%, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 5,14%.
Secara kumulatif, perekonomian Kepri pada triwulan I 2025 tercatat tumbuh sebesar 5,16% (ctc), menjadikannya sebagai salah satu yang tertinggi ketiga di Sumatera.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Rony Widijarto P mengatakan pertumbuhan ini terutama didorong oleh sektor industri pengolahan yang mengalami kenaikan 7,30% (yoy), didorong oleh permintaan yang kuat terhadap produk elektronik dan galangan kapal.
“Sektor perdagangan juga mencatatkan kinerja yang positif dengan pertumbuhan 10,29% (yoy) berkat tingginya belanja masyarakat, terutama pada saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN),” kata Rony.
Selain itu, sektor konstruksi juga berkontribusi dengan pertumbuhan 3,84%, menambah daya dorong terhadap ekonomi Kepri.
Dari sisi pengeluaran, sektor ekspor bersih mencatatkan pertumbuhan yang signifikan sebesar 14,47% (yoy), sementara Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 3,27% (yoy).
Menurutnya, konsumsi rumah tangga juga mengalami kenaikan 3,15% (yoy), yang turut memperkuat daya tahan ekonomi Kepri.
Melihat ke depan, perekonomian Kepri diprediksi akan tetap tumbuh positif dan solid meskipun ada ketidakpastian di tingkat global.
“Momentum libur Idul Fitri serta beberapa Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) di triwulan II 2025 diperkirakan akan menjadi pendorong utama konsumsi rumah tangga,” ujar Rony.
Selain itu, perkembangan energi hijau diprediksi akan meningkatkan permintaan untuk produk panel surya.
Menurutnya, Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN) diperkirakan akan mendorong sektor industri dan konstruksi, sekaligus menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan.
Pada sisi inflasi, menurut data BPS, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kepri pada April 2025 tercatat mengalami inflasi bulanan (mtm) sebesar 0,59%, naik dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat 0,38%.
Secara tahunan (yoy), inflasi Kepri tercatat 2,56%, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 2,01%, namun masih berada dalam rentang sasaran yang ditetapkan.
Kenaikan inflasi terutama disebabkan oleh kelompok pengeluaran Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya yang memberikan andil inflasi sebesar 0,23% (mtm), yang banyak dipengaruhi oleh peningkatan harga emas.
“Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau juga memberikan andil inflasi sebesar 0,20% akibat lonjakan harga beberapa komoditas seperti cabai merah, santan segar, ayam ras, dan sawi hijau yang dipicu oleh meningkatnya permintaan selama periode HBKN Idul Fitri,” sebut Rony.
Sementara itu, Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga memberikan andil inflasi sebesar 0,19%, didorong oleh penyesuaian tarif listrik.
Namun, sejumlah komoditas mengalami deflasi yang menahan inflasi lebih tinggi, seperti cabai rawit, bawang merah, kacang panjang, kangkung, dan tomat.
Penurunan harga pada komoditas-komoditas tersebut masing-masing tercatat -0,07% (mtm), -0,03% (mtm), -0,03% (mtm), -0,02% (mtm), dan -0,02% (mtm), seiring dengan normalisasi harga setelah HBKN dan terjaganya pasokan.
Terkendalinya inflasi di Kepri tidak terlepas dari koordinasi yang baik antara Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
“Bank Indonesia bekerja sama dengan TPID se-Kepri dalam melaksanakan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dengan strategi 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif),” katanya.
Berbagai langkah stabilisasi harga yang dilakukan pada bulan April 2025 antara lain termasuk: (i) High Level Meeting TPID Kota Batam, (ii) publikasi melalui radio dan media sosial untuk mengendalikan ekspektasi inflasi, (iii) penanaman perdana cabai di lahan Kogabwilhan I, dan (iv) Bazar
“Pangan Murah yang diadakan oleh TPID. Ke depan, Bank Indonesia bersama TPID akan terus memperkuat pengendalian inflasi dengan meningkatkan produksi pangan, memperkuat kerja sama antar daerah, dan melaksanakan pasar murah,” ujar Rony.(mzi)