CENTRALNEWS.ID, LINGGA – Sebanyak 20 orang kaum wanita tampak antusias mengikuti pelatihan ‘Tudung Manto’ di Gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepulauan Riau (Kepri), Kabupaten Lingga, di Daik.
Lembaran kain tipis yang lembut dibentang pada rangka kecil persegi panjang, di hadapan mereka. Kain tipis itu tampak tegang karena seluruh sisinya diikat ke kerangka.
Pengrajin menyebut proses ini dengan nama ‘nekat’. Jari jemari mulai merajut dengan kepala tertunduk. Meski tampak ragu, namun inilah yang menjadi dasar mereka dalam pembuatan kain khazanah warisan Kabupaten Lingga ini.
Mereka tampak tenang dan hati-hati memegang jarum khusus dan kemudian memasukkan bersama kelingkan ke kain tersebut. Kelingkan adalah jenis benang khusus dari kawat yang halus dan lentur, menjadi hiasan wajib dalam pembuatan kain warisan itu.
Sebanyak 20 orang ini akan menjalani pelatihan selama 20 hari, yang sudah berlangsung beberapa hari ini hingga 27 Agustus 2024.
Pelatihan ini digelar oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) bersama Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Lingga.
Untuk di ketahui, para peserta pelatihan diberikan materi dan praktik langsung mengenai teknik pembuatan Tudung Manto oleh para ahli di bidangnya.
Selain itu, mereka juga akan dibekali dengan pengetahuan tentang pemasaran dan strategi bisnis agar dapat mengembangkan usaha secara mandiri setelah pelatihan selesai.
Ketua Dekranasda, Maratusholiha Nizar juga sempat meninjau proses pelatihan ini berjalan, Selasa (13/8/2024).
“Pelatihan ini adalah upaya dari Pemerintah Kabupaten Lingga, bagaimana menambah jumlah pengrajin Tudung Manto, yang Insyaallah hasilnya keren dan luar biasa,” kata wanita yang juga selaku Ketua TP PKK Kabupaten Lingga ini.
Sebelumnya dia mengungkapkan, pentingnya pelatihan ini dalam mempertahankan warisan budaya daerah.
“Tudung Manto merupakan bagian dari identitas budaya Melayu yang harus kita jaga dan lestarikan. Melalui pelatihan ini, kami berharap para pengerajin dapat terus menghasilkan karya-karya yang bernilai budaya tinggi,” ujarnya.
Dia berharap, menjadi bagian pengrajin Tudung Manto, bisa mendukung perekonomian masyarakat khususnya kaum ibu-ibu di Kabupaten Lingga.
Dengan berlangsungnya pelatihan ini, diharapkan akan lahir para pengerajin Tudung Manto yang handal dan berkompeten, serta mampu berkontribusi dalam pelestarian budaya dan peningkatan ekonomi di Kabupaten Lingga.
Pelatihan pembuatan Tudung Manto ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat lokal, terutama para perempuan, dengan keterampilan khusus yang dapat mendukung ekonomi keluarga.
Selain itu, kegiatan ini juga merupakan upaya pelestarian budaya Melayu yang kental dengan sejarah dan tradisi.
Di ketahui pula, Tudung Manto sudah menjadi Hak Milik Kabupaten Lingga maupun Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang ditetapkan di beberapa tahun sebelumnya. (fby)