11.6 C
New York
Selasa, Oktober 15, 2024

Pasien Covid-19 Serbu Rumah Sakit, Hong Kong Seperti Medan Perang

CENTRALNEWS.ID, HONG KONG – Kasus Covid-19 meledak, namun, tim medis tidak siap. Itulah yang terjadi di Hong Kong saat ini.

Alhasil, sejumlah rumah sakit seperti dalam kondisi perang karena pasien terus berdatangan sementara tempat tidur tidak mencukupi.

Alhasil, pasien yang datang terpaksa dirawat di halaman rumah sakit, seperti yang terlihat di Caritas Medical Center.

Puluhan tempat tidur berserakan di halaman rumah sakit. Kondisi mereka memprihatinkan karena Hong Kong saat ini sedang dilanda musim dingin.

Para pasien yang sebagian berusia sudah tua pun menggigil kedinginan. Mereka berusaha meringkuk di bawah selimut dan pelindung termal di luar rumah sakit yang melayani salah satu komunitas termiskin di Hong Kong.

“Kami menyebutnya zona demam,” kata seorang perawat dengan alat pelindung seluruh tubuh, Kamis (17/2/2022).

Selama dua tahun Hong Kong cukup berhasil menahan gelombang virus Covid-19, bahkan sejak kasus itu mulai merebak di China.

Pintu perbatasan ditutup, penerbangan juga ditutup karena pemerintahan administrasi Hong Kong memilih me-lockdown seluruh kota.

Seperti China daratan, Hong Kong juga menganut strategi nol-Covid, yang sebagian besar telah mencegah virus tetapi membuat pusat bisnis itu terputus dari dunia.

Kebijakan tersebut cukup berhasil hampir dua tahun. Namun entah kenapa, tiba-tiba Omicron menjebol pertahanan negara itu awal Februari ini.

Jumlah kasus harian di Hong Kong sebenarnya tidak tinggi, hanya sekitar empat ribuan sehari. Jumlahnya hanya sekitar seperempatnya dari kasus Singapura yang saat ini berada di kisaran 16 ribu hingga 19 ribu dalam tiga hari terakhir.

Namun, karena dukungan layanan kesehatan tidak siap –atau sudah percaya diri mereka bisa menyekat virus di pintu masuk negara, semuanya menjadi kacau-balau.

Layanan kesehatan Hong Kong saat ini hampir lumpuh. Untungnya, Presiden Xi Jinping langsung mengerahkan pasukan medis ke negara otonomi yang sebagian rakyatnya sampai saat ini masih ogah di bawah pemerintahan China itu.

Hong Kong berada dalam pergolakan wabah virus terburuk saat ini.

Sejak Senin (14/2/2022), Pusat Medis Caritas di distrik Sham Shui Po mulai mendirikan tenda isolasi di halaman rumah sakit.

Awalnya mereka membatasi satu pasien Covid-19 per tenda. Namun menjelang Rabu malam, seluruh keluarga berdesakan di tenda-tenda, sementara sekitar 50 lainnya mendekam dalam dinginnya Februari di ranjang rumah sakit yang didorong keluar.

“Beberapa rekan saya mengatakan, kita sekarang dalam mode medan perang,” kata David Chan, perawat ruang gawat darurat di Caritas, “Kami khawatir kondisi pasien akan memburuk akhir pekan ini.”

Salah satu kekhawatiran besar Chan adalah kondisi cuaca. Selain dingin juga sedang musim hujan. Selimut tidak mampu menahan dingin yang menusuk di malam hari.

Pada Rabu, kasus harian mencapai rekor 4.285 infeksi dengan 7.000 probable di kota berpenduduk 7,5 juta itu. Jumlah itu meledak dari seperempat dari total 12.000 kasus sejak awal pandemi.

Pakar kesehatan mengatakan jumlah kasus harian bisa meningkat menjadi 28.000 pada Maret nanti. Paling rentan adalah lansia yang ragu-ragu terhadap vaksin di Hong Kong.

Beijing akhirnya tidak tinggal diam dan mengerahkan tim medis dan berbagai fasilitas kesehatan dari Guangdong, Shanghai dan sekitarnya.

Sembako, seperti daging, sayuran, dan produk pertanian lainnya juga dipasok ke Hong Kong sepanjang waktu untuk memastikan warga kota itu tidak kekurangan makanan.

Zhong Yuhua, manajer umum Guangzhou Ge Yun Food, mengatakan, perusahaannya telah menghentikan jalur produksi dim sum untuk pasar domestik. Saat ini lebih dari 100 pekerjanya dikerahkan untuk memproduksi makanan untuk rakyat Hong Kong.

Shenzhen juga memasok pasokan makanan dan produk terkait untuk Hong Kong dengan harga tetap stabil, kata seorang pejabat senior.

“Lebih dari 300 truk yang membawa sayuran, daging, telur, dan makanan non-pokok meninggalkan pelabuhan di Shenzhen menuju Hong Kong setiap hari,” kata Chi Weiguo, wakil direktur biro perdagangan Shenzhen.

Hong Kong memang sedikit lalai dalam menangani Covid-19. Tracing dan testing sangat rendah, begitu juga angka vaksinasi.

Meskipun mereka melakukan lockdown, pada kenyataannya protokol kesehatan agak diabaikan di tempat-tempat publik.
Untung saja Beijing sangat sigap.

Saat ini, hampir di seluruh kota dilakukan testing dan tracing. Vaksinasi pun terus diperluas, bahkan menyasar anak-anak.

Saat ini, warga yang belum divaksinasi juga dibatasi pergerakannya, termasuk di perkantoran atau pusat jajanan. (Central Network/afp/tst/china daily)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

22,921FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Latest Articles