5.1 C
New York
Rabu, November 27, 2024

Panglima TNI Turunkan Tim Gabungan POM TNI Terkait Bentrok di Rempang Batam

CENTRALNEWS.ID, BATAM – Panglima TNI Laksamana Yudo Margono buka suara terkait kisruh di Pulau Rempang, Kecamatan Galang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Kamis (7/9/2023).

Saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Panglima TNI menegaskan keberadaan prajurit TNI di Pulau Rempang Batam hanya membantu aparat kepolisian.

Ia menegaskan bakal menindak tegas prajuritnya yang bertindak di luar prosedur.

Bentrok antara tim terpadu dengan sejumlah warga di Pulau Rempang tak terhindarkan saat itu.

Massa mencoba menutup jalan masuk tim terpadu sejak dari Jembatan IV.

Sejumlah pohon ditumbangkan warga di sana untuk menghalangi jalan masuk tim terpadu.

Tidak hanya itu, warga menggunakan kontainer dengan harapan tim terpadu tidak bisa merangsek masuk ke lokasi pengukuran lahan, bagian dari rencana Rempang Eco City.

Suasana mencekam bahkan terjadi hingga malam hari.

Demo lanjutan pun terjadi di depan gedung Badan Pengusahaan (BP) Batam, Senin (11/9/2023) lalu.

Baca Juga :  Kolaborasi BPJS Ketenagakerjaan dan Polda Kepri Sosialisasikan Perlindungan Jaminan Sosial Bagi Pekerja di Batam

Gedung BP Batam pun rusak, sejumlah kaca pecah akibat lemparan batu dari massa.

Anggota Polresta Barelang setidaknya menetapkan 26 orang sebagai tersangka kisruh depan BP Batam itu.

Sejumlah anggota Polri pun dilaporkan terluka dalam kejadian itu.

Pemerintah berencana merelokasi warga Rempang, Batam karena adanya proyek pembangunan pabrik kaca terintegrasi hasil kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Xinyi Group asal China.

Diperkirakan, total investasi sekitar 11,5 miliar Dolar AS atau setara Rp 117,42 triliun dengan total penyerapan tenaga kerja kurang lebih 30 ribu orang.

Namun, warga setempat yang telah berpuluh-puluh tahun menempati wilayah tersebut menolak relokasi dan sempat terjadi kericuhan saat polisi hendak mengamankan berbagai aksi unjuk rasa.

“Iya, TNI kan di Bawah Kendali Operasi (BKO) pada Polri, kita berada di belakang,” kata Yudo di Kompleks Parlemen, Senayam, Jakarta, Rabu (13/9/2023).

Yudo mengaku sudah menerima laporan Komandan Pusat Polisi Militer atau Danpuspom TNI Marsekal Muda TNI Agung Handoko, Puspom TNI telah mengirimkan tim gabungan untuk Satuan Tugas POM TNI ke Pulau Rempang.

Baca Juga :  Kesiapan Polres Natuna Pastikan Pilkada Damai, Gelar Apel Patroli Skala Besar Ops Mantap Praja Seligi 2024

“Sudah kami turunkan Danpuspom TNI ke Batam untuk memeriksa ada enggak keterlibatan TNI di situ. Baik terhadap rakyat maupun mungkin yang terlibat di dalam mafia tanah dan sebagainya,” ucapnya.

Yudo menambahkan, pihaknya tak akan segan-segan menindak prajurit TNI yang diduga terlibat dalam kerusuhan di sana.

“Proses hukum, kalau terlibat, terbukti ya proses hukum,” tegasnya.

Terkait kisruh Rempang, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Marsekal TNI (Purn) Hadi Tjahjanto juga memberikan tanggapannya.

Hal ini disampaikan dalam rapat kerja bersama Komisi II DPR RI di Jakarta, Selasa (12/9/2023) malam.

Hadi menyebut, lahan tinggal yang menjadi pemicu kericuhan di Pulau Rempang, tidak memiliki Hak Guna Usaha (HGU).

“Tanah di Rempang itu tidak ada HGU. Tanah rempang luasnya 17 ribu hektare ini adalah kawasan hutan. Kemudian 600 hektare HPL-nya dari BP Batam. Jadi, masyarakat yang menempati Pulau Rempang itu tidak ada sertifikat karena memang dulu, semuanya ada di bawah otorita Batam,” ujarnya.

Baca Juga :  Kapolda Kepri Yan Fitri Terima Gelar Kehormatan Bapak Nelayan Kepulauan Riau

Ia mengatakan, sebelum terjadi konflik di Pulau Rempang, pemerintah telah melakukan pendekatan kepada masyarakat setempat.

Hadi menyebut hampir 50 persen dari warga menerima usulan yang telah disampaikan.

“Pemerintah menawarkan mencarikan tempat tinggal baru atau relokasi yang disesuaikan dengan kehidupan masyarakat, yakni sebagai nelayan,” ucapnya.

Lebih lanjut, Hadi mengatakan pemerintah juga menyiapkan Hak Guna Bangunan (HGB) pada lahan seluas 500 hektare yang lokasinya dekat dengan laut untuk memudahkan dalam mencari nafkah.

“Dari 500 ha itu akan kami pecah-pecah dan langsung kami berikan 500 meter dan langsung bersertifikat. Di situ pun, kami bangun sarana untuk ibadah, pendidikan dan sarana kesehatan,” ujarnya. (mzi)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

22,921FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Latest Articles