CENTRALNEWS.ID, JAKARTA – Bangsa Indonesia tengah dihadapkan pada dinamika sosial-politik yang cukup menguras perhatian publik.
Gelombang demonstrasi yang merebak di berbagai daerah pekan lalu tidak hanya menjadi wadah penyaluran aspirasi, tetapi juga sempat memicu gesekan di lapangan.
Situasi ini menimbulkan keresahan sekaligus menuntut sikap bijak dari seluruh komponen bangsa, termasuk kalangan media.
Sebagai salah satu pilar demokrasi, media memiliki peran sentral untuk menjaga ruang publik tetap sehat, konstruktif, dan menenangkan.
Kesadaran itulah yang mendorong Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) menggelar rapat pengurus harian secara daring melalui Zoom pada Selasa (2/9/2025).
Rapat dihadiri oleh jajaran Dewan Pembina, Dewan Penasehat, dan Dewan Pakar SMSI, termasuk Reda Mathovani, Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen Kejaksaan Agung RI.
Ketua Umum SMSI, Firdaus, menegaskan bahwa insan pers tidak boleh larut dalam arus konflik, tetapi justru harus hadir membawa narasi penyejuk.
“SMSI ingin berkontribusi nyata dalam menjaga persatuan di tengah kondisi bangsa yang penuh tantangan. Kami mendorong dialog, meredakan ketegangan, sekaligus menyampaikan pandangan yang membangun untuk pemerintah dan masyarakat pers,” ujar Firdaus.
Ia menambahkan, setiap langkah SMSI akan berangkat dari aspirasi yang dihimpun dari berbagai kalangan.
Rapat pengurus harian kali ini menjadi gerbang awal untuk meramu masukan Dewan Pembina dan Dewan Pakar sebelum melahirkan sikap resmi organisasi di tingkat nasional.
Dalam diskusi tersebut, SMSI mengingatkan agar media tetap berpegang pada prinsip demokratisasi.
Kebebasan berekspresi perlu dijaga, tetapi media tidak boleh terseret arus provokasi.
Sebaliknya, media siber harus mampu menjadi jembatan komunikasi antara rakyat dan pemerintah.
Prof. Henri Subiakto, Dewan Pakar SMSI, menekankan bahwa kerusuhan tidak boleh mengalihkan perhatian pemerintah dari isu-isu besar yang sedang ditunggu publik.
Sementara itu, Prof. Taufiqurahman, selaku Dewan Penasehat, menegaskan pentingnya SMSI untuk menyuarakan hentikan kekerasan dan provokasi.
“Media siber mesti menghadirkan informasi yang meneduhkan, bukan memperkeruh. SMSI punya posisi strategis untuk memastikan hal itu,” tegas Prof. Taufiq.
Sebagai tindak lanjut, SMSI akan menggelar Rapat Pleno Nasional pada Rabu (3/9/2025) dengan melibatkan pengurus daerah dari seluruh Indonesia.
Forum ini akan menjadi ajang konsolidasi untuk merumuskan sikap resmi organisasi, yang rencananya akan diumumkan pada Jumat (5/9/2025).
Firdaus menutup rapat dengan harapan, pernyataan sikap SMSI nantinya bukan hanya reaksi sesaat, melainkan dokumen moral yang mewakili aspirasi bersama, menjaga keutuhan bangsa, serta memperkuat fondasi demokrasi di Indonesia.(mzi)