3.7 C
New York
Kamis, Januari 2, 2025

[Cerpen] Say Goodbye And Welcome

Say Goodbye And Welcome

Karya : Mutia Rastiwi

“Sampai disini paham adik-adik?.” Mataku terbuka, melihat keseliling lalu mengucek-ngucek mata. Aku gerakan beberapa gerakan untuk merenggangkan otot selepas tidur. “Adik yang disana bagaimana? Paham?” tanya pembicara sosialisasi seputar SNMPTN/SBMPTN mengarah padaku. Aku mengerjap-ngerjap tidak jelas lalu nyengir kuda. Seisi kelas langsung renyah dengan tawa, dan aku hanya bisa diam seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. Akhirnya, aku angkat tangan mengambil inisiatif bertanya. “paham apa ya kak?” lagi-lagi kelas kembali ramai dengan tawa. “20 menit 45 detik kamu habiskan dengan tidur? Apakah sudah cukup? Atau perlu tambahan waktu lagi?” jelas sekali suara kakak itu menyindir dan kesal. Jadi begini, sekitar 35 menit yang lalu sampai menit sekarang sedang ada sosialisasi seputar SNMPTN dari bimbel belajar online. Sebelum mereka masuk pada tujuan intinya yaitu mempromosikan bimbel belajar mereka, mereka sempatkan untuk menjelaskan terlebih dahulu seputar SNMPTN, apa itu SNMPTN, bagaimana mendapatkan, dan lain sebagainya. Tapi, mataku mengantuk hingga aku tertidur pada saat Si Kakak sedang menjelaskan. Aku juga tidak berminat dengan SNMPTN dan tidak ingin mengetahuinya jadi tidurlah pilihanku. Itu berlangsung pada saat aku sedang duduk di bangku SMA kelas 10. “Jadi adik ini tidak berminat untuk mendapatkan SNMPTN?” Kakak itu mengulangi balasan alasanku dari pertanyaannya. Aku mengangguk pasti. “saya juga gak ingin tahu SNMPTN itu apa, gunanya apa, bodo amat saya kak” tambahku menjawab. “Ok. Tidak masalah, Adik bisa keluar saja dari kelas jika memang adik tidak berminat meski hanya mengetahuinya.” Aku langsung berdiri tanpa harus berpikir lagi. Santai aku melewati tempat berdiri Si Kakak. Dia memberiku senyum yang dipaksakan dan kubalas dengan senyum mengejek. Menit kembali berlalu, posisiku adalah duduk manis di bangku depan kelas menunggu sosialisasi usai. Beberapa orang dan Si Kakak keluar dari kelas karena sudah selesai. Kakak itu berhenti di depanku. “ Dik, kamu ada niatan kuliah gak? “ “ada, kenapa?” jawabku sedikit ketus. “Dik, kamu gak berminat SNMPTN kan? Ingat ya Dik, jangan sampai kamu menyesal dikemudian hari ketika teman-teman kamu mendapat SNMPTN atau SBMPTN dan kamu cuma bisa bisa liatin mereka kayak kambing congek, mereka masuk kuliah akan dibantu sama pemerintah atau organisasi pendidikan lainnya eh kamunya jalur mandiri, untung dari keluarga mampu,kalo dari keluarga gak mampu gimana? Masuk universitas itu gak gampang loh dek, ngurusnya juga gak mudah. Jadi—“ “kayaknya waktu sosialisasi kakak udah lewat dari 5 menit yang lalu deh, jadi kak gak perlu lah tambahan waktu sosialisasi pribadi sama aku” potongku nyeleneh. Kakak itu geleng-geleng kepala melihatku lalu pergi.
Baca Juga :  Capaian Tahun 2024, Batam Jadi Lokomotif Ekonomi Kepri dengan Capaian Investasi Meningkat Pesat
Aku kembali masuk ke dalam kelas mengambil duduk tepat di bangku Hida temanku. Dia menatapku bingung sembari mengeluarkan bekal dari bawah kolom meja. Aku mengeluarkan handphone dan memainkannya untuk menghilangkan sedikit rasa kesalku pada kakak sosialisasi tadi, entah kenapa aku kesal. “eh iya, Dirsya!” panggil Hida sembari mengubah posisinya serong menghadap aku. Aku hanya menyahut dengan tolehan kecil. “kau beneran gak mau dapat SNMPTN Syaa?” tanya Hida sedikit tidak yakin. Aku mendengus. “gak” jawabku cuek dan tak acuh. Diam beberapa detik dia kembali mengajukan pertanyaan. “Kenapa gitu?” “Kau tu pintar Sya tapi pemalas lah.” Aku kembali mendengus kesal. “banyak nanya lohh!” jawabku kesal sembari berdiri pergi. Hingga kini aku duduk di bangku SMA kelas 11 pun masih saja dibujuk Hida untuk tidak malas dan dapatkan SNMPTN sampai aku merasa muak. Aku benar-benar tidak menginginkan dan tidak peduli dengan SNMPTN ataupun SBMPTN tapi aku ada niatan lanjut kuliah. Aku mengambil posisi duduk di pojok dinding melihat Hida latihan menari. 15 menit berlalu Hida menghampiriku dengan badan berkeringat dan cengiran bodohnya. Dibelakang Hida menyusul Kak Lova dan kak Tina. Mereka berdua adalah murid yang cukup pandai. “ Woii! Bengong aja kau dek” kak Lova menepuk pahaku. Aku tersentak lalu tertawa kecil menanggapi. “bentar lagi kau lulus kan kak?” pancingku membuka topik obrolan. Hida tertawa melihatku dan ia sempatkan menoyor kepalaku. “iya nih Syaa, gak nyangka juga lho. 3 tahun di SMA itu kayaknya kurang deh, terlalu banyak memori receh di otak ini—“ “ya udah berdoa ajalah biar gak lulus terus nambah setahun lagi” potongku. Serentak kak Lova dan kak Tina tertawa. “masalahnya bukan nambah satu tahunnya lagi Dirsya, tapi percuma dong nambah setahun lagi kalo waktu setahunya itu gak bisa dipakai barengan lagi sama temen-temen seangkatan, masa iya kami harus bareng kalian berdua nanti lulusnya, kan gak seru” jelas kak Tina mewakili kak Lova, lagi-lagi mereka tertawa disusul Hida. “Eh Syaa, nilaimu turun kan?” kak Lova mengganti topik. Wajahku masam melihat Hida. Anak itu pasti mengadu ke kak Lova. “nilai aku tu gak punya kaki, jadi gak bisa turun!” jawabku ketus karena kesal dengan dengan topik kali ini. “ya udah, nilaimu rendah kan?” ralat kak Lova. Aku mendengus kesal. “Nilai aku tu gak punya meteran jadi gak bisa ngukur tinggi rendahnya.” Lagi-lagi aku menjawab asal penuh keketusan. “ngomong apaan sih kau, dek? Gak jelas” celetuk kak Tina. Serempak mereka bertiga menertawakan aku. Aku membuang muka kesal. Seseorang berlari dan memasuki ruang tari dengan ngos-ngosan, wajahnya berkeringat. Kami bertiga melongo penuh kebingungan padanya.
Baca Juga :  Tahun 2025, BP Batam Siap Benahi Infrastruktur Pendukung Investasi
“Lova, Tina, harini kan pengumuman yang lolos pemeringkatan SNMPTN itu mau diumumin, Hayuk!!” ujar seseorang itu. kak Lova dan kak Tina berdiri lalu bergegas pergi. Aku dan Hida hanya mengangkat bahu tidak mengerti tapi kami menyusul karena penasaran. Sampai disana aku melihat kak Lova jalan cepat menjauh dari kerumunan pengumuman. Wajahnya merah, Aku dan Hida menyusul kak Lova. Kak Lova berhenti melihat aku dan Hida lalu mengambil duduk disalah satu bangku koridor. “gak lolos aku dek, tapi kok bisa Tina lolos” jawabnya lesu, sedikit kesal juga. Kami hanya diam menemani kak Lova yang kini sudah menangis. Aku masih tidak mengerti tapi ya sudahlah. Aku kelas 12 sosialisasi jalur masuk universitas kembali diadakan, tapi kali ini entah dari mana, bahkan sudah ada beberapa sosialisasi juga dari universitas-universitas yang sudah membuka pendaftaran mahasiswa baru. Sosialisasi kali ini aku tidak membandel tapi mengikuti dan aku juga mulai penasaran dengan SNMPTN. “harini pengumuman pemeringkatan SNMPTN kan?” suara Hida membuatku bersiap menerima makanan yang dibawanya. Setelah menerima makanan Hida menarikku menuju papan pengumuman. “kita tunggu disini, kita akan menjadi orang pertama yang akan liat pengumuman, asik kan?.” Aku mendengus kesal sembari duduk dilantainya. Dari jauh Guru Bk datang membawa beberapa lembar kertas berisi nama-nama orang yang lolos pemeringkatan SNMPTN. Guru BK menempelkan kertas tersebut di papan pengumuman, Hida langsung berdiri melihat. Wajahnya berbinar bahagia melihat pengumuman, dan aku justru entah kenapa sedih juga kesal karena namaku tidak tertera di laman. Sepertinya aku merasa ingin menangis. “Kenapa kau? Gak usah sedih kan kau sendiri yang gak mau masuk SNMPTN, jadi biasa aja sih kalo nama kau tak ada Sya” ucap Hida. “Memang! Biasa aja tuh, aku juga gak berharap masuk kok, btw selamat ya kau lolos SNMPTN” jawabku. Rasa sakitnya seperti cemburu dalam diam, mencintai dalam diam, sakit sih berpura-pura begitu tapi ya sudahlah. “tapi kok Dina bisa lolos ya, padahal kan dia pemalas, lebih bad dari aku. Malah masih pintaran aku tapi kok dia bisa masuk sih, gak mungkin ini.” Hida melihatku dengan raut bingung. “kau cemburu Syaa?” tanya Hida menyelidik. Aku terkesiap mengeluarkan cengiran palsu. “cemburu? GAK LAH HA HA HA” aku tertawa sembari berjalan lebih dulu. “Arrgh!! Gak bisa ini! gak gak, gak bisaaaa” paniku memutar jalan menuju ruang BK. Hida menyusul dari belakang penuh tanda tanya. “buk, saya beneran gak lolos bu?” tanyaku sedih pada guru BK. Hida masih melihatku bingung. “kau kenapa syaa? Kau kan gak minat, Ooh kau menyesal kah Syaa? Kemaren-kemaren kemana aja? Kelas 11 nilai kau turun kan Syaa, kelas 12 pun kau agak-agak malas, kau juga bilang gak minat SNMPTN. nyesal kan kau, waktu adalah harga Dirsya, harusnya kau sadar dan berjuang dari dulu untuk dapatin SNMPTN, eh kau dah di ujung baru merengek baru berjuang, istilah bahasanya Sedia Payung Sebelum Hujan jangan pernah menyia-nyiakan waktu dan jangan pernah menganggap enteng apa yang dianggap sulit oleh orang lain, karena didunia ini yang mudah pun ada penyelesaian, kawan.” Hida mengomel dan aku benar-benar menyesal.
Baca Juga :  Gubernur Kepri dan Dirjen Pembiayaan Infrastruktur Bahas Skema Pembiayaan Jembatan Babin dan Estuari Dam Teluk Bintan
“Dirsya, nanti ibu kabarin kalo misalnya ada siswa yang gak ambil SNMPTN kamu bisa masuk, ibu akan bantu tapi gak mudah ya Nak, nanti ibu kasih kamu tes khusus untuk melihat apakah kamu layak atau tidak, kamu termasuk siswa yang eligible atau enggak, paham ya?” bu Rini guru BK membuka suara. Aku menyeka ingus dan air mataku lalu kembali ke kelas untuk bersiap pulang. “Jangan lupa belajar” celetuk Hida ditengah perjalanan. Aku mengangguk. “bukan belajar untuk tes khusus ya maksudku” lanjut Hida, Aku mengernyit bingung. “jangan lupa belajar dari pengalaman kejadian hari ini, karena penyesalan itu datangnya belakangan kalo di depan pendaftaran namanya. Dan satu lagi manfaatkanlah waktu yang ada karena waktu tidak bisa diputar ulang meski hanya satu detik, jangan sampai kau menyesal dikemudian hari untuk kali kedua hanya karena menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang ada” jelas Hida. Aku tertawa karena anak itu sudah membijak. Akhirnya aku bisa mendapat SNMPTN meski harus berjuang terlebih dahulu untuk mendapatkannya. Bulan ini adalah pengumuman lolos seleksi SNMPTN dari universitas, dan dua Minggu kedepan ada pengumuman kelulusan. Jantungku berdegup ketika sebuah tanda loading berputar dilayar Hp. Aku termangu saat pandangan pertamaku melihat kalimat SELAMAT! ANDA DINYATAKAN LULUS SELEKSI SNMPTN 2021 aku melompat girang didalam kamar, rasanya benar-benar sangat bahagia seperti mendapat emas jatuh dari langit berton-ton. Aku belum melihat di universitas mana aku lolos. Aku kembali meraih Handphone yang tergeletak dilantai dan melihat lanjutannya. Aku masih merasa bahagia dan senang namun ada sedikit rasa sedih karena aku tidak lulus di universitas dan jurusan tujuanku. tapi tak masalah yang penting aku bisa kuliah. Orang pertama yang aku kabari adalah Ayah, kupikir beliau juga akan senangnya tapi ternyata beliau kesal karena aku tidak lulus di Padang, malah beliau sempat ingin aku membatalkannya dan mengambil jalur mandiri di padang tapi tidak bisa, dan pada akhirnya beliau menerimanya juga. Handphoneku berdering karena Hida menelpon. “Ayo Syaa, Say Goodbye and Welcome …. “

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

22,921FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Latest Articles