Cegah Karhutla, Pemerintah Maksimalkan Teknologi Modifikasi Cuaca di Riau

0
Pesawat Teknologi Modifikasi Cuaca | Foto: Ist

CENTRALNEWS.ID, RIAU – Sempena meminimalisir, bahkan mencegah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau senantiasa komitmen dalam memaksimalkan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).

Ya, TMC dimaksimalkan lantaran dianggap mampu menghasilkan volume air hujan yang signifikan. Operasi ini dilakukan langsung oleh Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT untuk memutus potensi bencana karhutla di Provinsi Riau selama 15 hari, terhitung sejak 3 Juli 2021 lalu.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hammam Riza mengatakan, hujan yang dihasilkan dari operasi tersebut bisa mempertahankan tinggi muka air tanah (TMAT) dari lahan gambut dan meredam munculnya hotspot alias titik panas.

“Hal ini dapat dipantau dari jumlah hotspot (Nol) dengan tingkat kepercayaan >80% selama kegiatan TMC berlangsung,” kata Hammam, Kamis (8/7).

Ia menjelaskan, penerapan operasi modifikasi cuaca dengan mengoptimalkan potensi curah hujan sangat berkontribusi dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan di Riau.

“Teknologi Modifikasi Cuaca dapat menjadi salah satu bagian dari solusi permanen dalam pengendalian karhutla di masa depan. Jelas, ini mulaibterasa di Riau,” kata Hammam.

Pesawat TMC memuat garam semai | Foto: Ist

Sementara itu, Koordinator Lapangan BBTMC-BPPT Posko TMC Pekanbaru, Tukiyat mengatakan tim TMC telah melakukan 4 tahap penyemaian awan dengan cara menabur bahan semai sebanyak 2,4 ton NaCl (garam) di langit Riau.

“Penyemaian ditargetkan di wilayah Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Siak, Bengkalis, Dumai, Pelalawan dan sekitarnya. Hingga hari ke 4 pelaksanaan TMC, sudah menghasilkan volume air hujan sebanyak 2,3 juta meter kubik,” ujar Tukiyat.

Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam (TPSA), Yudi Anantasena mengatakan bahwa BPPT selalu berkolaborasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan tak luput kehadiran pihak swasta.

“Ini pelaksanaan TMC kedua kalinya di Provinsi Riau di tahun 2021, setelah sebelumnya juga dilaksanakan TMC Pencegahan Karhutla di Sumsel Jambi dan Kalimantan Barat,” kata Yudi.

Kepala BBTMC-BPPT, Jon Arifian, mengatakan pada kondisi curah hujan yang rendah, potensi kemunculan titik panas mudah terjadi dan memicu karhutla secara masif, sehingga upaya penerapan TMC diharapkan mampu mengurangi potensi tersebut.

“Bulan Juni kemarin mulai memasuki masa transisi dan kemarau berikutnya dimulai pada bulan Juni hingga September dan peralihan bulan Oktober hingga Desember memasuki musim hujan periode kedua,” tukas Jon Arifian.

Operasi TMC di Provinsi Riau diinisiasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLKH) bekerjasama dengan BPPT dan mitra Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) yaitu Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), TNI Angkatan Udara, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Satgas Penanganan Karhutla Provinsi Riau. Selain itu, juga mendapat dukungan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Pemerintah Provinsi Riau dan juga Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini