CENTRALNEWS.ID – Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Maret 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.
Keputusan ini diambil guna menjaga inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%, menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, serta mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.
Bank Indonesia terus mengoptimalkan bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi, dengan fokus pada kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran.
-
Strategi Moneter dan Stabilitas Rupiah
- Mengoptimalkan instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI untuk menarik aliran modal asing.
- Memperkuat intervensi di pasar valas guna menjaga stabilitas Rupiah.
- Menjaga struktur suku bunga agar tetap menarik bagi investor.
-
Dukungan Terhadap Pertumbuhan Kredit
- Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) diperkuat guna mendorong pembiayaan ke sektor-sektor prioritas seperti UMKM, manufaktur, dan ekonomi hijau.
- Peningkatan KLM hingga 5% dari DPK mulai 1 April 2025 untuk mendukung penciptaan lapangan kerja.
-
Digitalisasi Sistem Pembayaran
- Memperluas akseptasi QRIS, termasuk untuk transaksi lintas negara.
- Mengoptimalkan BI-FAST guna meningkatkan efisiensi transaksi digital.
-
Sinergi dengan Pemerintah dan KSSK
- Memperkuat koordinasi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk menjaga stabilitas perbankan.
- Mendukung program Asta Cita Pemerintah dalam transformasi digital, ketahanan pangan, dan pengembangan ekonomi hijau.
Kebijakan tarif impor Amerika Serikat yang semakin luas berdampak pada perlambatan ekonomi global, termasuk di Eropa, Jepang, India, dan Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi dunia pada 2025 diperkirakan hanya mencapai 3,2%.
Di sektor keuangan global, terjadi pergeseran aliran modal dari Amerika Serikat ke komoditas emas dan obligasi negara maju. Sementara itu, investasi portofolio di negara berkembang masih terbatas, sehingga Indonesia perlu mempertahankan daya tarik investasinya melalui kebijakan yang stabil.
Kinerja Ekonomi Indonesia Tetap Terjaga
Di tengah tantangan global, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berada dalam kisaran 4,7-5,5% pada 2025. Faktor pendorong utama meliputi:
- Konsumsi rumah tangga yang tetap kuat, didukung oleh belanja pemerintah, Tunjangan Hari Raya (THR), dan peningkatan permintaan menjelang Idulfitri.
- Investasi swasta meningkat seiring dengan ekspansi produksi, tercermin dari Prompt Manufacturing Index (PMI) BI yang menunjukkan kenaikan volume pesanan.
- Ekspor nonmigas naik, terutama didorong oleh minyak kelapa sawit dan kendaraan bermotor.
Sektor pertanian diperkirakan meningkat berkat panen raya, sementara sektor industri pengolahan dan pertambangan mengalami perlambatan akibat permintaan global yang melemah.
Kondisi Neraca Pembayaran dan Stabilitas Rupiah
Surplus neraca perdagangan terus berlanjut dengan USD 3,1 miliar pada Februari 2025, setelah mencatat USD 3,5 miliar pada Januari 2025.
- Aliran modal asing ke instrumen keuangan domestik membaik. Pada Maret 2025 (hingga 17 Maret), tercatat net inflows sebesar USD 0,2 miliar ke SBN dan USD 0,1 miliar ke SRBI.
- Cadangan devisa Indonesia per Februari 2025 tetap tinggi di angka USD 154,5 miliar, cukup untuk membiayai 6,6 bulan impor.
Rupiah tetap stabil, bahkan menguat 0,94% terhadap dolar AS pada Maret 2025 setelah melemah di Februari. Ke depan, stabilitas Rupiah akan terus dijaga melalui strategi moneter pro-market guna menarik investasi asing dan menjaga inflasi.
Inflasi Terkendali, Transmisi Kebijakan Berjalan Baik
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Februari 2025 tercatat rendah, dengan deflasi 0,09% (yoy). Faktor utama penurunan inflasi ini adalah:
- Diskon tarif listrik bagi rumah tangga kecil yang menekan administered prices.
- Inflasi inti tetap terkendali di 2,48% (yoy), mencerminkan ekspektasi inflasi yang stabil.
- Inflasi volatile food melambat berkat koordinasi erat BI dengan TPIP dan TPID.
Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan kebijakan moneter guna memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1%.
Perbankan Tetap Solid, Kredit Tumbuh Tinggi
Kredit perbankan tetap tumbuh tinggi, mencapai 10,30% (yoy) pada Februari 2025, didorong oleh:
- Penyaluran kredit investasi yang tumbuh 14,62% (yoy).
- Kredit modal kerja tumbuh 7,66% (yoy), mencerminkan aktivitas bisnis yang positif.
- Kredit konsumsi tumbuh 10,31% (yoy), didorong oleh daya beli masyarakat.
Sektor perbankan juga tetap solid dengan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 27,01% dan rasio kredit bermasalah (NPL) yang terjaga di 2,18% (bruto).
Hingga pertengahan Maret 2025, BI telah memberikan insentif KLM sebesar Rp291,8 triliun, disalurkan ke sektor pertanian, real estate, UMKM, dan ekonomi hijau.
Transaksi Digital Terus Meningkat
Digitalisasi sistem pembayaran semakin berkembang dengan lonjakan transaksi digital:
- QRIS tumbuh 163,32% (yoy), didorong oleh peningkatan jumlah pengguna dan merchant.
- BI-FAST mencatat 330,08 juta transaksi dengan nilai Rp858,27 triliun pada Februari 2025.
- BI-RTGS meningkat 4,66% (yoy), mencapai Rp14.749,90 triliun.
Bank Indonesia juga memperkuat kesiapan sistem pembayaran menjelang libur Ramadan dan Idulfitri 1446 H, termasuk melalui program Semarak Rupiah Ramadan dan Berkah Idulfitri (SERAMBI) 2025.
Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, dengan strategi bauran kebijakan yang solid. Dengan mempertahankan BI-Rate serta memperkuat sinergi kebijakan moneter dan fiskal, Indonesia diharapkan mampu menghadapi tantangan global dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.(mzi)