CENTRALNEWS.ID – Andaliman, hasil rempah khas Tanah Batak, Sumatera Utara (Sumut) ini kian menjadi primadona. Selain mengandung banyak manfaat, nilai jualnya pun menjanjikan.
Dikenal dengan nama latin Zanthoxylum Achantapodium DC, rempah tersohor dengan sensasi rasa getir di lidah ini sangat digemari di dunia kuliner Indonesia, bahkan mancanegara.
Bagi negara dengan musim dingin atau bersalju, rempah berbentuk buliran ini sangat cocok dijadikan sambal ulekan menemani santap di pagi maupun malam hari. Perisa getir yang dihasilkan membuat lidah menari, namun, hal itu pula yang diburu penggila kuliner kekinian.
Habitat tumbuhnya kerap ditemui di alam liar Sumatera Utara dengan ketinggian 1.000 sampai 1.500 meter di atas permukaan laut (MDPL). Memiliki aroma khas citrus, andaliman memiliki sifat Sensorik yang sangat bermanfaat bagi tubuh.
Pedas, segar dan sedikit menggigit, serta meninggalkan efek getir di lidah. Begitulah yang dirasakan penggila sambal andaliman, sensasi itu disebabkan kandungan Hydroxy Alpha Sanshool. Dalam penggunaannya, masyarakat suku Batak menambahkan sedikit andaliman pada setiap momen memasak.
Mulai dari olahan ikan mas rebus dengan olahan bumbu jaya rempah atau dikenal sebagai Arsik, Naniura alias Sushi khas Batak, Mie Gomak dan olahan penganan lainnya kerap ditambah rempah yang termasuk dalam keluarga Rutaceae (Famili Jeruk-jerukan).
Rempah yang juga dikenal dengan julukan Merica Batak ini sangat kaya kandungan Minyak Atsiri. Berdasarkan Teknik GC-MS, minyak atsiri yang dikandung andaliman menghasilkan 11 komponen dengan 5 komponen utama yakni Alfapinen, Limonen, Geraniol, Sitronelal, dan Geranil Asetat.
Pada pengujian dengan teknik Kromatografi Gas, kandungan senyawa dalam andaliman yang berhasil diidentifikasi sebanyak 7 komponen yaitu Geranil Asetat, Sitronelal, Geraniol, Geranial, Mirsen, Linalool dan Limonen.
Senyawa-senyawa terpen seperti Geraniol, Linalool dan Limonen yang banyak ditemukan dalam minyak atsiri andaliman diketahui bersifat antioksidan. Senyawa ini mampu mencegah kerusakan oksidatif pada pangan, yang artinya dapat berfungsi sebagai pengawet pangan alami.
Andaliman telah lama digunakan masyarakat tradisional Sumatra Utara sebagai bumbu masakan khas Batak. Dengan rempah tersebut, masakan berbahan daging dan ikan mampu bertahan beberapa hari tanpa menimbulkan bau. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan rempah-rempah sebagai pengawet alami tidak menimbulkan efek negatif pada kesehatan manusia.
Meski telah menjadi bagian tradisi kuliner Batak Toba, andaliman termasuk rempah yang masih sulit dibudidayakan. Ini karena bijinya yang sulit berkecambah. Sebagian petani mengandalkan bibit dari pohon andaliman liar untuk dibudidaya. Ada juga yang menggunakan metode setek untuk mengembangkan bibit andaliman.
Primadona Rempah dengan Harga Selangit
Di pasaran, andaliman juga memiliki harga jual yang tinggi. Saat momen biasa, andaliman dijual sekitar Rp100 ribu per kilogram. Namun, menjelang momen upacara adat atau hari raya besar seperti Natal dan Tahun Baru, harganya bisa meroket hingga Rp200 ribu per kilogram. Sedangkan di pasar internasional, kita patut berbangga hati, sebab andaliman kian diminati beberapa negara di Eropa, salah satunya Jerman.
Berdasarkan laporan Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Belawan, pada semester I 2021, andaliman dan sekam kopi masuk sebagai komoditas baru yang berhasil diekspor. Per Juni 2021, volume andaliman yang diekspor ke Jerman mencapai total 574 kilogram, dengan nilai ekonomis mencapai Rp432 juta, sebagaimana dilansir dari laman nationalgeographic.grid.id, Kamis (5/8/2021).
Atas pencapaian ekspor andaliman di awal semester ini, Kepala Karantina Pertanian Belawan, Andi Yusmanto, mengungkapkan bahwa andaliman menjadi komoditi ekspor paling bagus.
Ia berharap, rempah ini tidak sekadar menjadi tanaman pekarangan, tetapi dalam bentuk tanaman primer. Balai Karantina Pertanian Belawan menargetkan pengiriman andaliman dapat tumbuh tiga kali lipat pada akhir tahun.(*)