CENTRALNEWS.ID, RIAU – Air merupakan kebutuhan vital yang sangat dibutuhkan, tanpa air tubuh manusia bakal alami dehidrasi yang sebabkan tak berfungsinya organ vital dalam tubuh hingga berujung kematian. Air yang dikonsumsi pun tak boleh asal, harus bersih dan bebas dari cemaran partikulat asing, kuman, bakteri maupun virus.
Air bersih menjadi kunci hidup, dengannya sirkulasi oksigen dalam tubuh terjaga dengan baik. Namun belakangan, ketersediaan air minum di rumah tangga Indonesia disebut kurang elok. Wash Specialist United Nations Children’s Fund (UNICEF) Maraita Listyasari menyebutkan, 70% (Persen) air minum di Indonesia terkontaminasi limbah tinja.
Terkesan menyedihkan, namun begitulah faktanya. “Data kita peroleh dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Dinyatakan bahwa air dari rumah tangga hampir 70% tercemar limbah tinja,” kata Maraita, sebagaimana dilansir, Senin (24/10).
Temuan itu, kata dia, berangkat dari studi pengukuran kualitas air minum pada sekitar 25.000 rumah tangga di 34 provinsi. Hasilnya, 70% dari sampel tersebut terindikasi adanya pencemaran tinja.
Memang kata Maraita, hampir 80% rumah tangga di Indonesia yang telah memiliki toilet atau kakus. Namun hanya 7% saja yang limbah tinjanya terolah dengan baik sehingga tidak mencemari lingkungan.
“Kami melihat walaupun hampir 80% rumah tangga di Indonesia telah memiliki kakus, tetapi hanya 7% saja yang limbah tinjanya terolah dengan aman. Selebihnya diluar dugaan, itulah yang kemudian diduga mencemari lingkungan bahkan air baku,” paparnya.
Tercemarnya sumber air ini diduga terjadi karena sanitasi yang buruk. Dampak buruk dapat terjadi apabila air tersebut masuk ke dalam tubuh manusia. “Dampaknya terjadi penyakit yang kemudian masuk ke dalam tubuh manusia akibat dari tinja tersebut,” ujarnya.
Untuk mencegah hal itu, ia mengajak seluruh masyarakat untuk memastikan sistem pemipaan (pembuangan) dari toilet menuju ke septic tank terpasang dengan baik. Pun pembuatan septic tank juga dianjurkan harus teliti dan berjarak cukup dari sumber air.
Maraita berpesan agar septic tank betjarak dari sumber air seperti sumur buatan, embung atau kolam penampungan serta sungai atau badan air lainnya. Hal itu dimintakan agar potensi rembesan air tinja dari dalam septic tank tak sampai mencemari air.
“Jangan sampai air tercemar karena septic tank dibuat sangat dekat dengan sumber air. Juga penting diperhatikan, jangan tunggu sampai septic tank penuh. Harap dapat dikuras atau disedot 3 sampai 5 kali dalam setahun, jadi potensi rembesnya jauh lebih kecil,” sarannya.
Jaga PHBS
Sebagai langkah lanjutan, masih kata Maraita, seluruh masyarakat diajak untuk menjaga pola hidup bersih dan sehat. Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir dinilai mampu meminimalisir paparan kuman atau bakteri ke dalam tubuh.
Kemudian, sanitasi toilet dan septic tank dianjurkan terus dipantau dengan baik. Sebab bila abai, ancaman penyakit bisa saja menjangkiti. “Jaga pola atau perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS, Red). Rajin cuci tangan dan pastikan sanitasi toilet di rumah,” imbuhnya.
“Untuk air yang akan dikonsumsi, lebih baik dimasak hingga mendidih terlebih dahulu. Jadi bakteri atau virus yang mengkontaminasi air bisa mati dan tak menyebabkan penyakit dalam tubuh,” pungkasnya. (Red)