CENTRALNEWS.ID, BENGKALIS – Seekor Gajah Sumatera dewasa berjenis kelamin betina ditemukan mati di Kilometer 48 Koto Pait Beringin, Dusun Pematang Gonting, Kecamatan Talang Muandau, Bengkalis – Riau, Rabu (25/5).
Hal itu diungkapkan Kapolres Bengkalis, AKBP. Indra Wijatmiko, SIK melalui Kapolsek Pinggir, Kompol Maitertika, Kamis (26/5). Dijelaskannya, ia bersama Panit I Unit Reskrim Polsek Pinggir, IPTU Gogor Ristanto dan personel lainnya mendapat laporan terkait gajah mati di sekitar perkebunan konsesi Akasia milik PT Riau Abadi Lestari.
Sekira pukul 16.30 WIB Rabu sore, pihaknya segera mendatangi lokasi guna memastikan kebenaran informasi tersebut. Setibanya di lokasi, pihaknya mendapati seekor satwa langka nan dilindungi Negara bernama latin Elephas Maximus Sumatrensis ini mati dengan posisi terbaring menyamping kiri.
“Sudah dalam kondisi mati dan mengeluarkan aroma tak sedap, fisiknya sudah kaku dan tegang,” kata Kompol Maitertika.
Ia menegaskan, penyebab kematian belum bisa disimpulkan. Pihak BBKSDA Provinsi Riau sendiri tengah melakukan Nekropsi atau proses bedah bangkai gajah untuk mengetahui proses terjadinya penyakit infeksius, keracunan, defisiensi nutrisi dan tumor yang menyebabkan kematian.
“Penyebab kematian masih didalami paramedis dan BBKSDA Riau, jelang Rabu malam sekitar 30-an ekor gajah diduga kelompok dari gajah yang mati masih berada di sekitar lokasi dan merusak pondok-pondok milik warga sekitar. Memandang situasi genting, kita imbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak mendekati lokasi tersebut guna menghindari konflik dengan kawanan gajah sumatera ini,” imbaunya.
Terpisah, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Fifin Arfiana Jogasara juga membenarkan kabar memilukan itu. Bahkan yang lebih parah, gajah yang mati ternyata tengah mengandung dan diprediksi bakal segera melahirkan. Namun sayang, nyawa satwa dilindungi ini melayang.
“Penyebab kematiannya belum dapat dipastikan, akan tetapi dari mulut dan anusnya keluar darah. Diperkirakan gajah betina tersebut berusia sekitar 25 tahun, saat dilakukan Nekropsi diketahui bahwa gajah itu tengah mengandung dan akan segera melahirkan,” kata Fifin berdasarkan siaran pers yang diterima.
Segera tim BBKSDA dibantu tenaga terampil Dokter Hewan mengambil sampel hati, dinding usus, paru dan kotoran gajah untuk diuji laboratorium. Setelah selesai mengumpulkan sampel dan melakukan bedah bangkai, pihaknya segera mengubur si ‘Bongsor’ dan anaknya dengan bantuan satu unit alat berat.
“Sampel bagian organ satwa akan segera dikirim ke Balai Verteriner, Bukit Tinggi, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) untuk mengetahui penyebab kematian mamalia darat terbesar ini. Atas peristiwa ini, dunia konservasi kembali berduka,” tukasnya. (Bres)