CENTRALNEWS.ID, BATAM – Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia melakukan pemusnahan 30 kilogram narkotika jenis sabu di Alun-Alun Engku Putri, Batam, pada Kamis (12/6/2025).
Kegiatan ini dilaksanakan secara simbolis di hadapan masyarakat dan jajaran pejabat daerah, menggunakan dua unit incinerator yang telah disiapkan di lokasi.
Menurut Kepala BNN RI, Komisaris Jenderal Polisi Martinus Hukom, sabu yang dimusnahkan ini merupakan bagian kecil dari total lebih dari 2 ton barang bukti yang berhasil diungkap dalam operasi besar di wilayah perairan Kepulauan Riau.
“Sebagian barang bukti kami musnahkan di Batam, sementara sisanya akan dihancurkan di fasilitas pengelolaan limbah PT Desa Air Cargo di Kabil, Nongsa,” ujarnya.
Martinus menegaskan bahwa proses pemusnahan dilakukan secara terbuka dan dapat diawasi langsung oleh awak media, guna memastikan integritas serta transparansi dalam penanganan barang bukti.
“Kami tidak ingin ada kebocoran. Segala tahapan dilakukan sesuai prosedur,” tegasnya.
Setiap unit incinerator digunakan untuk menghancurkan hingga 15 kilogram sabu kristal dalam suhu tinggi mencapai 1.200 derajat Celsius.
Waktu pembakaran sekitar satu jam hingga zat tersebut benar-benar habis menjadi abu. BNN juga memastikan bahwa proses tersebut tidak menghasilkan asap berbahaya yang bisa memengaruhi kesehatan masyarakat di sekitar lokasi.
Meski kegiatan ini berlangsung lancar, sejumlah warga yang hadir menyuarakan kekecewaan mereka terhadap penegakan hukum yang selama ini dinilai hanya menyasar kurir, bukan aktor utama.
“Kenapa yang selalu tertangkap itu kurir? Ke mana bandarnya? Tangkap juga orang-orang di atasnya!” seru Nurman, seorang warga yang hadir menyaksikan acara.
Komentar senada juga datang dari warga lainnya. Mereka mengakui kerja keras BNN, namun menilai efek jera tidak akan tercapai bila hanya pelaku kelas bawah yang dijerat hukum.
“Selama bandarnya dibiarkan berkeliaran, maka kurir baru akan terus bermunculan,” ucap seorang pengunjung yang enggan disebutkan namanya.
Menanggapi hal itu, Komjen Pol Martinus menegaskan bahwa pihaknya saat ini tengah memburu otak di balik penyelundupan besar tersebut. Operasi gabungan bersama PPATK, interpol, dan unit intelijen masih berlangsung intensif.
Sosok yang diduga kuat sebagai pengendali utama jaringan ini adalah Chancai, buronan asal Myanmar yang diketahui mengatur jalur pengiriman dari Laut Andaman. Penyelidikan internasional yang melibatkan kepolisian Thailand mengungkapkan bahwa Chancai memiliki peran sentral dalam peredaran ini.
Selain itu, BNN juga mengidentifikasi keberadaan Dewi Astutik, seorang WNI yang diyakini menjadi koordinator jaringan narkotika internasional yang beroperasi dari kawasan segitiga emas (Golden Triangle).
Empat warga Indonesia yang telah diamankan disebut memiliki keterkaitan langsung dengannya.
Dalam konferensi pers, salah satu tersangka yang dihadirkan mengaku menjadi korban jebakan. Pria asal Samosir, Sumatera Utara itu menangis saat menyampaikan bahwa dirinya tidak mengetahui isi barang yang dibawanya.
“Saya tidak tahu… saya dijebak,” katanya sambil terisak.
Meski demikian, Komjen Martinus enggan memberikan tanggapan panjang atas pengakuan tersebut. “Biar saja dia bicara,” ujarnya singkat.(mzi)