CENTRALNEWS.ID, DURI – Beberapa saat lalu, tepatnya sekira pukul 16.30 WIB wilayah Kecamatan Mandau – Duri diguyur hujan lebat dan sambaran petir menyelingi, Kamis (24/6).
Guyuran hujan terus mendera hingga sekira pukul 18.10 WIB. Tak lama, suasana hening kembali usai guyuran air dari langit ini.
Tak berselang lama, pemandangan di langit berubah merona. Ya, paduan warna ungu kontras dan jingga kemerahan tampak merona.
Pemandangan langit di Duri sore ini dihiasi fenomena alam nan unik. Paduan warna-warna kontras ini sempat diabadikan tim CentralNews.id dan beberapa warga lainnya.
Selain unik, penampakan itu seolah menjadi suguhan misteri dari langit. Kira-kira, apa yang melatarbelakanginya?
Melansir Wikipedia.org, langit kemerahan dan bercampur dengan warna kontras lainnya kerap disebabkan oleh pantulan cahaya matahari di ufuk Barat, menjelang terbenam.
Situasi ini juga sering disebut Senja. Hal ini terjadi karena langit di atas cakrawala Barat mengizinkan matahari menyinari bagian bawah awan yang sarat akan air.
Paduan warna lainnya, masih dari Wikipedia, juga bisa bertaut ketika hujan atau badai turut mengguyur kala senja menjelma. Biasan cahaya matahari akan semakin merona warna-warninya dan menyuguhkan fenomena unik penuh warna di langit.
Pertanda Apa?
Mengutip dari BBC.com, keadaan tersebut terjadi saat cahaya matahari melewati lapisan udara dan awan yang berbeda-beda kapasitas gas, kepadatan dan sistem prisma pembelokan cahayanya.
Selain itu, partikel yang tertahan di atmosfer juga dapat membuat cahaya terbelah dan memantul ke lapisan langit. Ketika matahari terbit atau terbenam, sinarnya akan memantul pada lapisan atas atmosfer pada sudut tertentu.
“Saat sinar matahari menembus lapisan atas, panjang gelombang biru yang terpecah dan dipantulkan alih-alih terserap. Pada saat matahari berada pada posisi terendah, semua warna hijau dan biru akan dihamburkan. Saat inilah kita dapat menyaksikan keelokan langit berwarna jingga kontras, merah, violet (pendek), biru dan oranye,” kata Astronom Edward Bloomer dari Royal Museum Greenwich, sebagaimana dimuat bbc.com dan dilansir, Kamis (24/6).
Terkait tanda alamnya, fenomena tersebut juga pernah dilansir Solopos.com akhir tahun 2019 lalu. Kala itu, diketahui langit Negara Matahari Terbit, Jepang juga mengalami langit berwarna pink kemerahan.
Meski indah, keadaan itu dinilai sebagai pertanda bencana. Ya, bencana yang dimaksud adalah angin topan. Sebagaimana dipaparkan, Topan Hagibis adalah topan yang ditandai dengan munculnya warna langit Pink atau keunguan.
Penamaan topan ini diambil dari bahasa Filipina yang berarti Cepat. Topan itu diprediksi bakal menghantam distrik Nagoya, Jepang kala itu.
Juga dipaparkan, warna Pink muncul akibat hamburan atau scattering. Dimana, ketika badai topan dan hujan tiba, partikel-partikel berukuran besar di udara bakal tersapu dari atmosfer.
Sementara, molekul atau partikel kecil akan tersisa dan memengaruji penyebaran atau pembiasan cahaya dan akhirnya menyebabkan warna langit berubah menjadi Pink keunguan.
“Terlepas dari penjelasan itu, kita berharap wilayah kita tetap aman dan terbebas dari bencana apapun. Seraya kita berdoa, agar keberkahan dari Allah yang datang, bukan bencana. Masyarakat tak perlu risau, jangan pula termakan hoax. Semoga kita tetap dalam lindungan Allah,” singkat Camat Mandau, Riki Rihardi, S.STP., M.Si.*Bres